Pengaruh
Clubbing Terhadap Psikologi dan Kesehatan
Di
kota-kota besar budaya clubbing bukanlah suatu hal yang asing bahkan telah
menjelma menjadi gaya hidup. Bahkan, para remaja di kota besar menganggap bahwa
clubbing adalah hal yang harus dilakukan paling tidak sekali seumur hidup. Tak
hanya para remaja, orang dewasa pun kerap ber-clubbing. Di Indonesia, budaya
clubbing ini sudah ada sejak tahun 80’an namun, tak banyak orang yang
melakukannya karena clubbing masih dianggap suatu hal yang asing dan tabu. Beda
halnya dengan sekarang dimana club-club sudah bertebaran dimana-mana. Selain
itu, kini banyak festival-festival yang berkaitan dengan music dance dimana
orang dapat menghibur diri mereka, sebagai contoh adalah festival music dance
terbesar di Indonesia yaitu Djakarta Ware House Project.
Clubbing
biasa dikenal oleh masyarakat sebagai dugem atau dunia gemerlap. Menurut
Perdana (2014), clubbing merupakan istilah prokem khas anak muda yang berarti
suatu dunia malam yang bernuansa kebebasan, ekspresif, modern, teknologis,
hedonis, konsumeristik dan metropolis yang menjanjikan segala bentuk kegembiraan
sasaat. Melalui clubbing, anak muda merasa menemukan jati diri, disana mereka
bisa “berjingkrak-jingkrak” sebebasnya, meneguk alkohol dan narkoba, tertawa
sampai pagi, lalu pulang dalam keadaan teler dan capai. Dengan kata lain,
clubbing hanyalah sekadar hura-hura dan bersenang-senang. Selain itu menurut
Susanto (2001), konsumen atau para pelaku clubbing itu tidak hanya para
generasi muda yang notabennya sebagai pelajar dan mahasiswa, tetapi para
eksekutif muda, pengusaha-pengusaha sukses, bahkan ibu rumah tangga ada juga
yang menjadi para pelaku clubbing.
Clubbing adalah bagian dari
globalisasi yang menggeser nilai-nilai internal bangsa. Clubbing merupakan
budaya barat yang masuk ke Indonesia dengan mudahnya karena kehausan para
remaja akan hiburan dan tempat menemukan jati diri. Clubbing juga sangat
identik dengan eforia kehidupan malam dan berkonotasi negatif, misalnya mabuk
dan seks. Kegiatan
dugem yang dikemas dengan suasana meriah dengan sorot lampu dan suara musik
yang keras dapat menjadi daya tarik sendiri bagi remaja yang menyebut dirinya
sebagai remaja gaul. Banyak tempat – tempat clubbing yang
menyediakan minuman-minuman beralkohol seperti vodka, sampanye, bir, dan
lainnya. Tak jarang minuman-minuman tersebut diberikan secara gratis kepada
pengunjung wanita. Dengan begitu, pengunjung wanita akan berdatangan dan hal
ini akan mengundang para pria berdatangan juga. Saat music dance dinyalakan dan
para pengunjung pria dan wanita mulai bergoyang menikmati music, sering terjadi
hal-hal yang tidak patut dicontoh. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh hasrat
yang muncul dari diri mereka dan juga minuman-minuman beralkohol yang
disediakan oleh club. Banyak kasus yang terjadi dimana hubungan seks dilakukan
oleh para pelaku clubbing sehabis melakukan clubbing.
Clubbing memiliki pengaruh terhadap psikologi seseorang.
Orang yang suka pergi ke club biasanya akan bersikap malas. Mereka tidak dapat
melakukan pekerjaan di siang hari dengan optimal karena waktu malam yang
seharusnya digunakan untuk istirahat malah digunakan untuk pergi ke club yang
mengeluarkan energi banyak. Belum lagi pengaruh dari alcohol yang membuat
peminum menjadi mabuk dan tidak dapat beraktivitas sebagaimana mestinya. Selain
itu, clubbing dapat membuat orang menjadi konsumtif atau berfoya-foya. Pada
umumnya, pelaku clubbing akan kecanduan dan ingin kembali lagi ke tempat
clubbing. Hal ini tentunya akan menguras
uang karena harus membayar untuk masuk ke tempat clubbing. Mereka juga akan
membeli keperluan-keperluan untuk pergi clubbing, seperti pakaian, sepatu, dan
aksesoris lain. Tak hanya itu clubbing juga dapat membuat orang menjadi pribadi
yang temperamen. Hal ini disebabkan musik yang keras sekaligus keramaian di
dalam club yang mempengaruhi otak.
Clubbing
juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan seseorang. Di dalam club, orang-orang
bebas melakukan apa yang mereka mau. Akibatnya ruangan yang sesak karena
banyaknya orang dan asap rokok akan berdampak pada kesehatan. Seperti kita
ketahui bahwa asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif jauh lebih berbahaya
daripada dihisap perokok aktif. Asap rokok dapat menimbulkan kerusakan pada
system pernapasan dan mengundang penyakit lain berdatangan. Alcohol yang
disediakan oleh pihak club dapat menyebabkan kerusakan pada system pencernaan
dan system saraf pusat. Alkohol juga dapat menjadi pemicu penyakit,misalnya
kanker dan diabetes. Tak hanya rokok dan alcohol, di tempat clubbing juga ada
beberapa orang yang menawarkan narkoba secara terang-terangan maupun diam-diam.
Narkoba dapat mengganggu kerja saraf pusat, sebagai contoh dapat menimbulkan
halusinasi, depresan, kecanduan, pendarahan pada otak, dan skizofrenia. Narkoba
juga dapat menyebabkan penyakit hati, kerusakan saraf mata, insomnia, syok, dan
lain-lain.
Jadi,
clubbing merupakan kegiatan berfoya-foya yang sangat berpengaruh dan memiliki
dampak buruk terhadap psikologis dan kesehatan seseorang. Masih banyak hal
positif yang bermanfaat untuk menghabiskan masa muda, misalnya dengan ikut club
olahraga, les music, wisata alam, dan lain-lain. Sebagai generasi muda kita
harus menjaga hidup kita agar tidak terjerumus budaya barat yang tidak
bermanfaat sehingga kita dapat ikut serta dalam membangun bangsa Indonesia.
ABOUT THE AUTHOR

Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Post a Comment