Makalah diajukan untuk
memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi
Disusun Oleh:
Hanifah Khulsum G1B014068
Syifa Waras Utami G1B014069
Rosiana Nurul H G1B014070
Nur Vianingsih G1B014071
Kelas A
KEMENTERIAN RISET
TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU
KESEHATAN
KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Di masyarakat terdapat
program pemerintah dalam menanggulangi kepadatan penduduk, yang kita kenal
dengan program Keluarga Berencana (KB). Keluarga berencana
adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat
mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Faktor yang mempengaruhi
pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan
efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara
teratur dan benar.
Setiap metode kontrasepsi mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun tetap saja terdapat kesulitan
untuk mengontrol fertilitas secara aman dan efektif dengan metode yang dapat
diterima oleh pengguna. Oleh karena itu, banyak wanita merasa bahwa penggunaan
kontrasepsi terkadang problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang
tidak cocok dengan konsekuensi yang merugikan atau bahkan mereka memilih tidak
menggunakan metode KB sama sekali.
Pada program KB terdapat berbagai
macam pilihan alat kontrasepsi, diantaranya pil KB, kodom, AKDR / IUD, suntikan
KB, dan susuk KB/implant. Di masyarakat lebih banyak yang menggunakan pil KB
dan kondom. Padahal pemerintah menyarankan sebaiknya menggunakan IUD, karena paling
minimal efek samping. Karena bukan obat hormonal, IUD tidak membuat akseptor
menjadi gemuk atau berjerawat. Asal tidak bergeser tempat, alat kontrasepsi ini
bisa bertahan hingga 10 tahun.
- Perumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan Keluarga Berencana?
2.
Apa saja
jenis-jenis alat kontrasepsi di Indonesia?
3.
Apa perbedaan
alat kontrasepsi IUD dengan KB implant?
4.
Apa kelebihan
dan kekurangan alat kontrasepsi IUD dan KB implant?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian KB
Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No. 52 tahun 2009,
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, Keluarga
Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Menurut
WHO, 1970 (dalam
Hartanto, 2003: 26-27), KB adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan mendapatkan kelahiran
yang diinginkan, mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami-isteri, serta menentukan jumlah anak
dalam keluarga. Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk, melainkan juga meningkatkan kualitas keluarga maupun
individu-individu di dalamnya sehingga dapat tercipta keluarga yang memiliki
jumlah anak yang ideal, sehat, sejahtera, berpendidikan, berketahanan, serta
terpenuhi hak-hak reproduksinya.
Program
KB dan tingkat kesejahteraan penduduk memiliki hubungan yang erat dan dapat
saling mempengaruhi satu sama lain. Program KB akan mempengaruhi kependudukan
(jumlah, komposisi, dan pertumbuhan penduduk). Kependudukan akan mempengaruhi
tingkat kesejahteraan penduduk. Sebaliknya, tingkat kesejahteraan penduduk akan
mempengaruhi kependudukan dan program KB. Pada penduduk dengan tingkat
kesejahteraan rendah, jumlah anak yang dilahirkan akan semakin banyak (SKDI
2002-2003). Pemerintah memberikan pelayanan KB gratis melalu program Jamkesmas
kepada keluarga miskin dengan tujuan agar keluarga miskin tidak kesulitan dalam
mendapatkan program KB, karena bila pertambahan penduduk tidak dapat dikendalikan,
maka beban pembangunan akan bertambah.
2.
Pengertian
alat kontrasepsi
Kontrasepsi
merupakan cara yang digunakan untuk mencegah pertemuan antara sel telur
(sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan
dalam tiga kategori, yaitu menunda atau mencegah kehamilan, menjarangkan
kehamilan, serta menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan
(Everett, 2007).
Kontrasepsi
berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau melawan dan “Konsepsi”
yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang
dan sperma untuk mencegah kehamilan (Indira, 2009).
§ Pelayanan
kontrasepsi mempunyai dua tujuan yaitu:
a. Tujuan umum:
Pemberian dukungan dan
pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.
b. Tujuan khusus:
Penurunan angka kelahiran yang bermakna.
3. Jenis Kontrasepsi
Menurut
Indira (2009), kontrasepsi yang baik harus memiliki syarat-syarat antara lain
aman, dapat diandalkan, sederhana (sebisa mungkin tidak perlu dikerjakan oleh
dokter), murah, dapat diterima oleh orang banyak, dan dapat dipakai dalam
jangka panjang. Sampai saat ini belum ada metode atau alat kontrasepsi yang
benar-benar 100% ideal. Jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia antara lain:
1.
Metode sederhana
a.
Tanpa alat
·
Pantang berkala
·
Metode kalender
·
Metode suhu badan basal
·
Metode lendir serviks
·
Metode simpto-termal
·
Coitus interruptus
b.
Dengan
alat
a) Mekanis
(barrier)
·
Kondom pria
·
Barier intra vaginal
antara lain : diafragma, kap serviks, spons, dan kondom
wanita.
b)
Kimiawi
·
Spermisid antara lain : vaginal cresm,
vaginal foam, vaginal jelly,vaginal suppositoria, vaginal tablet, dan vaginal
soluble film.
2. Metode
modern
1)
Kontrasepsi hormonal
· Pil
KB
· AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) / IUD (Intra Uterine Devices)
· Suntikan
KB
· Susuk
KB
2)
Kontrasepsi mantap
·
Medis Operatif Pria (MOP)
·
Medis Operatif Wanita (MOW)
Menurut
Indira (2009) berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi
:
a.
MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD,
MOP, dan MOW.
b.
Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan
metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP
Menurut
Wulansari dan Hartanto (2006), dengan adanya bermacam-macam jenis alat
kontrasepsi, seorang ibu harus menentukan pilihan kontrasepsi yang dianggap
sesuai. Perilaku kesehatan termasuk di dalamnya pemilihan alat kontrasepsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya yaitu: umur, tingkat pendidikan,
tingkat penghasilan, jumlah anak, dan budaya.
Kasus
BKKBN Kewalahan Layani
Permintaan Implant
PURBALINGGA-
''Didrop berapa pun akan tetap kurang.'' Itulah pernyataan Drs Muntaqo Nurhadi
mengomentari tingginya permintaan masyarakat Purbalingga terhadap alat
kontrasepsi implant (susuk).
Animo yang tinggi itu ternyata tidak dibarengi
dengan ketersediaan di gudang BKKBN. Hal itu karena pengedropan terbatas dari
provinsi. ''Memang, saat ini yang paling banyak animo tetapi alat
kontrasepsinya terbatas adalah implant. Kami sampai kewalahan melayani,'' kata
Kepala Bidang Pengendalian KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN itu.
Menurut penuturan dia, target susuk pada 2003 yakni
2.272 buah. Bila ada barang, pihaknya yakin jumlah itu masih kurang dan baru
cukup jika didrop 10.000 susuk.Dia menambahkan, belum lama ini pihaknya didrop
100 susuk, tetapi dalam seminggu habis diserbu akseptor. Pengedropan 400 susuk
juga laris dalam dua bulan. Susuk disukai akseptor karena merupakan alat
kontrasepsi jangka panjang, implant untuk jangka 5 tahun, indoplant 3 tahun,
sinoplant, sedangkan implanon untuk 2 tahun.
Adakah kekhawatiran akseptor lari dari program KB
karena tidak ada implant? ''Tidak. Ketika implant tidak ada, mereka sebagian
besar beralih ke suntik. Sebab antara implant dan suntik ada kesamaan, yaitu
merupakan obat hormonal. Biasanya yang cocok pakai implant, akan cocok juga
dengan suntik. Cuma kalau suntik harus dilakukan setiap tiga bulan.''Dia juga
menyatakan, alat kontrasepsi yang paling sedikit diminati di Purbalingga adalah
kondom dan IUD. Hal itu akibat para suami tidak menghendaki istri menggunakan
itu. Sebab dalam beberapa kasus dijumpai ada istri yang mengalami pendarahan
atau mengeluarkan flek-flek dari alat reproduksinya. Ada juga suami yang merasa
terganggu benang IUD saat berhubungan intim dengan istri.''Atau ada pula kasus
kegagalan yang jumlahnya sangat kecil. Namun, begitu satu orang mengalami
komplikasi IUD, dia bisa memengaruhi lainnya. Di pedesaan malah masih ada
pendapat keliru yang menyatakan, IUD kalau sampai masuk ke dalam perut, akan
jalan-jalan di perut. Ini kan repot.''
Padahal, lanjut dia, IUD tidak mungkin masuk ke
dalam perut. Hanya saja bila ukuran IUD dan alat kelamin tidak pas maka bisa
bergeser, letaknya tidak lurus tapi menjadi melenceng. Bentuk IUD itu ada tiga,
yaitu cooper T, leafloop, dan spiral. Yang paling disukai akseptor adalah
cooper T. Mungkin karena bentuknya pas di rahim.
Sementara itu, alat kontrasepsi yang lain, seperti
suntik, kondom, spiral, dan IUD, masih banyak. Bahkan persedian untuk suntik
masih cukup hingga 2005 karena selama ini di Purbalingga pengedropan suntik
dari provinsi overtarget. Kepala
Puskesmas Kejobong dr H Sigit Purnomohadi mengatakan, alat kontrasepsi dari
Program Kompensasi Pengalihan Subsidi (PKPS) BBM yang sekarang masih banyak
stoknya adalah pil dan suntik.
Dia juga membenarkan bahwa alat kontrasepsi yang
paling diminati di Kecamatan Kejobong adalah implant, sedangkan yang tidak
diminati adalah kondom dan IUD. ''Orang
desa memang paling tidak suka IUD. Padahal IUD itu paling minimal efek samping.
Karena bukan obat hormonal, IUD tidak membuat akseptor menjadi gemuk atau
berjerawat. Asal tidak bergeser tempat, alat kontrasepsi ini bisa bertahan
hingga 10 tahun,'' kata dia secara terpisah.
Dokter muda itu mengakui, implant itu alat
kontrasepsi paling dicari. ''Meskipun cukup mahal, banyak yang antre ingin
dipasangi. Bahkan saya pernah kena marah orang karena dia tidak kebagian
implant.''
Ny Lilis, bidan koordinator Puskesmas Kaligondang
mengakui, secara umum alat kontrasepsi yang disukai akseptor dan calon akseptor
KB adalah implant dan suntik.
Pada kasus di atas, masyarakat lebih memilih menyukai
penggunaan alat kontrasepsi implant, karena dapat digunakan jangka waktu cukup
lama. Jika tidak ada alat kontrasepsi implant mereka lebih memilih menggunakan
KB suntik, biasaya mereka yang cocok pakai implant, akan cocok juga dengan
suntik. Namun, suntik harus dilakukan setiap tiga bulan. Masyakarat pada kasus
di atas paling sedikit menggunakan IUD, padahal pemerintah menyarankan
memperbanyak penggunaan IUD. IUD paling minimal efek sampingnya. Karena bukan
obat hormonal, IUD tidak membuat akseptor menjadi gemuk atau berjerawat. Asal
tidak bergeser tempat, alat kontrasepsi ini bisa bertahan hingga 10 tahun.
Masyarakat beranggapan jika memakai IUD ada istri yang mengalami pendarahan
atau mengeluarkan flek-flek dari alat reproduksinya. Ada juga suami yang merasa
terganggu benang IUD saat berhubungan intim dengan istri. Di pedesaan malah
masih ada pendapat keliru yang menyatakan, IUD kalau sampai masuk ke dalam
perut, akan jalan-jalan di perut.
Jumlah kasus kegagalan IUD sangat kecil, tetapi
apabila ada satu kasus kegagalan maka akan mempengaruhi orang-orang
disekitarnya. Dalam kasus tersebut, juga disebutkan bahwa ada juga suami yang
merasa terganggu benang IUD saat berhubungan intim dengan istri. Padahal
menurut posyandu.org, hal tersebut dapat ditangani dengan konsultasi ke dokter
kandungan atau bidan untuk melakukan pelipatan benang ke dalam rahim.
IUD tidak mungkin masuk ke dalam perut. Hanya saja
bila ukuran IUD dan alat kelamin tidak pas maka bisa bergeser, letaknya tidak
lurus tapi menjadi melenceng. Bentuk IUD itu ada tiga, yaitu cooper T,
leafloop, dan spiral. Yang paling disukai akseptor adalah cooper T. Mungkin
karena bentuknya pas di rahim.
4. Perbedaan
alat kontrasepsi IUD dan KB Implan
Ø IUD
IUD (Intras Uterin Devices) atau
nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) disebut juga spiral, alat
ini dipasang dalam rahim wanita. IUD atau AKDR adalah suatu alat kontrasepsi
yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita. Alat ini merupakan metode
kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan diseluruh dunia dengan
pemakai saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita. AKDR memiliki efektifitas
lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan pada pemakaian 1 tahun atau lebih. (Anna, 2006).
Pemakaian
metode IUD/AKDR di Indonesia nyata-nyata mampu menurunkan angka TFR secara
signifikan. Akan tetapi, pemakaian metode kontrasepsi AKDR cenderung menurun
dari waktu ke waktu. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan atau
penurunan penggunaan metode IUD/AKDR adalah Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE) yang intensif dan efektif baik pada kelompok masyarakat maupun perorangan
(Mardiya, 2010).
Ø Jenis-jenis
IUD di Indonesia :
ü Copper-T
Menurut Imbarwati,(2009). IUD berbentuk T, terbuat
dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat
11tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti
pembuahan) yang cukup baik. Menurut ILUNI FKUI ( 2010), spiral jenis copper T
(melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma
untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.
ü Progestasert
IUD
Jenis IUD ini hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat
digunakan untuk kontrasepsi darurat Copper-7. Menurut Imbarwati (2009). IUD ini
berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat
tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus
pada IUD Copper-T.
ü Multi
load
Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari
plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang
fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi
gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 12mm2 untuk menambah
efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini.
ü Lippes
loop
Menurut Imbarwati (2009), IUD ini terbuat dari
polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan
kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya.
Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm
(benang hitam), tipe C berukuran 30mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30
mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
Ø Mekanisme Kerja IUD
·
Menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba pallopi.
·
Mempengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
·
IUD mencegah
sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk pembuahan.
·
Memungkinkan
untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. (Hidayati, 2009).
Ø Cara Kerja dari IUD
a. AKDR non hormonal (IUD)
1.
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba falopii.
2.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri
3.
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan
ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
b. AKDR hormonal (mirena)
Cara kerja
mirena ini adalah dengan mengeluarkan hormon progestin sintetis bernama
levonorgestrel sebanyak 20 mikrogram setiap harinya. Hormon ini selanjutnya
akan memberikan pengaruh terhadap lendir rahim sehingga lebih kental. Akibatnya
sel sperma yang masuk ke dalam rahim akan mengalami kesulitan untuk bergerak
karena suasana lendir rahim yang lebih mampat. Hal ini lebih mirip seperti cara
kerja implant yang juga sama-sama mempengaruhi suasana lendir rahim menjadi
lebih kental.
Ø Waktu Pemasangan IUD
a.
Setiap waktu
dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil.
b.
Hari pertama
sampai ke-7 siklus haid.
c.
Segera
setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan.
d.
Setelah
menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala
infeksi.
e.
Selama 1
sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi, (Sarwono, 2006).
Ø Kelebihan penggunaan IUD
Menurut Grimes (2007), kelebihan penggunaan IUD adalah
sebagai berikut:
o
Lebih dari 99% efektif dalam mencegah kehamilan
o Metode yang
paling murah dan efektif dalam pengendalian kelahiran dari waktu ke waktu
o Mudah
digunakan
o Tidak
memerlukan gangguan pemanasan atau hubungan seksual
o Tidak
memerlukan kerjasama pasangan seksual
o Aman
digunakan saat menyusui
o Dapat dicabut
setiap kali Anda memiliki masalah atau ingin berhenti menggunakannya. Kesuburan
kembali dengan ovulasi siklus pertama mengikuti IUD removal.
o IUD hormon
dapat mengurangi perdarahan menstruasi yang berat dan kram di kebanyakan wanita
o IUD tembaga
dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat dalam 5 hari setelah hubungan seks
tidak aman
o Dapat
dimasukkan setelah persalinan normal, Caesar atau aborsi trimester awal
Ø Kekurangan
penggunaan IUD
1. Nyeri
Punggung Efek samping KB spiral yang pertama adalah timbulnya rasa nyeri di punggung serta
kram perut seperti saat nyeri haidh. Efek samping ini akan muncul beberapa jam
setelah Anda melakukan pemasangan dan akan hilang dengan sendirinya. Jangan
terlalu risau dan khawatir jika Anda keluhan ini. Asalkan Anda melakukan
pemasangan pada tenaga kesehatan yang sudah terampil, efek samping ini tidak
akan timbul kembali di kemudian hari.
2. Gangguan
Mentruasi Spiral tembaga pada beberapa kasus juga dapat berefek samping pada
timbulnya nyeri haidh dan peningkatan pendarahan saat menstruasi. Jika Anda
mengalaminya, sebaiknya konsultasikan hal ini ke tenaga kesehatan. Anda mungkin
akan dianjurkan untuk mengganti spiral Anda dengan spiral hormonal yang tidak
memicu terjadinya efek samping ini. Beberapa merk KB spiral yang diketahui aman
digunakan bagi wanita Indonesia antara lain KB spiral Nova T, Mirena, Copper T,
dan KB spiral Andalan.
3. Kista
Penggunaan KB spiral hormonal memang dapat mencegah terjadinya efek samping
pendarahan atau nyeri haidh. Namun jenis spiral satu ini diketahui justru dapat
mengakibatkan masalah yang lebih fatal. Munculnya tumor jinak atau kista
ovarium adalah efek negatif yang paling menakutkan dari pemasangan jenis alat
kontrasepsi ini.
4. Perforasi
Uterus Satu dari 1000 wanita yang memasang KB spiral diketahui akan mengalami
Perforasi Uterus. Perforasi uterus adalah suatu kondisi dimana spiral terjebak
di dalam rahim, menusuk, dan menyebabkan kebocoran rahim. Jika hal ini terjadi,
segera hubungi dokter untuk melepaskan spiral yang terpasang di rahim Anda. Jangan
dibiarkan karena bisa berdampak serius pada kesehatan dan kesuburan reproduksi
Anda.
5. Spiral
Lepas Sekitar 10% KB spiral akan lepas dengan sendirinya pada beberapa bulan
setelah pemasangan. Terlepasnya spiral sebetulnya tidak menyebabkan masalah
bagi kesehatan, hanya saja jika ia tidak dipasang lagi, maka tak ada jaminan
lagi bagi Anda untuk sukses mencegah kehamilan.
6. Radang
Panggul Pemasangan spiral yang kurang tepat dan tidak memperhatikan higienitas
sering kali menimbulkan efek samping berupa timbulnya radang panggul. Efek
samping KB spiral ini salah satunya dapat dihindari dengan cara memastikan
dokter yang akan memasang spiral untuk Anda benar-benar sudah berpengalaman.
7. Efek
Hormonal Sama halnya seperti pil KB dan KB suntik, penggunaan spiral hormonal
juga akan menyebabkan timbulnya masalah hormonal seperti nyeri payudara, sakit
kepala, keputihan, perubahan suasana hati, dan jerawat. Dari pernyataan Grimes
(2007), maka dapat diterangkan bahwa penggunaan IUD sangat bermanfaat dan
efektif dalam pencegahan kehamilan. Pendarahan yang dialami istri atau dapat
berupa flek-flek yang muncul di daerah kewanitaan memeang merupakan salah satu
efek samping dari penggunaan IUD. Alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam penggunaanya. Seharusnya pasangan mengetahui efek samping apa
yang ditimbulkan dari penggunaan IUD, sehingga pasangan memahaminya dan apabila
tidak ingin mengalami efek samping, dapat pula memilih alternative KB lainnya.
Menurut Vilallonga, dkk (2010), perforasi uterus
merupakan komplikasi jarang diamati. Insiden IUD rentang perforasi dari 0,05 /
1000 sampai 13/1000. Migrasi IUD lebih
sering pada wanita yang menjalani persalinan dengan IUD mereka di tempat. Dalam
situasi terakhir ini, karena pengurangan ukuran rahim dan penipisan dinding
rahim di postpartum sebagai akibat dari hypoestrogenemia, rahim menjadi lebih
rentan terhadap perforasi. Mungkin ini bisa berkontribusi dalam terjadinya
perforasi. Lokasi lain migrasi IUD adalah kandung kemih karena letaknya dekat
dengan rahim atau rongga peritoneal. Banyak ahli yang telah merekomendasikan
bahwa IUD harus dimasukkan oleh penyedia terampil untuk mencegah komplikasi
seperti perforasi uterus dan organ lainnya.
Ø Efek
samping penggunaan IUD yang lainnya :
1) Perangkat pengusira n
Perangkat ini juga dapat
secara spontan dikeluarkan dari tubuh. Selama ini, wanita itu tidak terlindungi
dari kehamilan. Ini terjadi pada sekitar 6 persen dari pengguna Mirena.
Beberapa gejala dari pengusiran perangkat yang mungkin termasuk kram,
perdarahan atau bercak, nyeri selama hubungan seksual, diperpanjang atau string
perangkat absen. Wanita yang tidak pernah melahirkan berada pada risiko tinggi
untuk perangkat pengusiran.
2) Komplikasi kehamilan
Jika seorang wanita
menjadi hamil dengan Mirena, dokter menyarankan pengangkatan zigot segera. Jika
tidak, pasien bisa mengalami aborsi septik, suatu kondisi di mana rahim menjadi
septik, membahayakan baik pasien dan kehamilan. Mirena juga dapat menyebabkan
keguguran, kelahiran prematur dan sepsis.
3) Kehamlan ektropik
Dari wanita yang hamil
saat menggunakan Mirena, setengahnya adalah kehamilan ektopik, yang terjadi
ketika telur dibuahi menjadi luar rahim. Hal ini sering disebut sebagai
"kehamilan tuba," karena sering terjadi dalam salah satu saluran
tuba. Kehamilan ektopik mengancam kehidupan ibu. Wanita yang memiliki kehamilan
ektopik sering menjalani operasi untuk menghilangkan telur yang telah dibuahi
(zigot) dan dapat menjadi subur.
4) Penyakit radang panggul
Infeksi bakteri yang
mempengaruhi sistem reproduksi wanita sering dapat mengakibatkan penyakit
radang panggul (PID). PID dapat menyebabkan kemandulan dengan merusak rahim,
ovarium dan tuba falopi. Kondisi ini dapat terjadi dalam waktu tiga minggu
setelah penyisipan Mirena. FDA memperingatkan bahwa wanita dengan riwayat PID
harus menghindari Mirena dan semua IUD.
Selain itu, Mirena
memiliki efek samping yang umum yang dapat terjadi, termasuk:
a.
Jerawat
b.
Perubahan berat
badan
c.
Mual
d.
Perubahan mood
e.
Nyeri payudara
f.
Keputihan
g.
Pola pendarahan
abnormal
Ø Kontrasepsi Implan
1.
Macam – macam
kontrasepsi implan :
a.
Kontrasepsi
Implan
Metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya
mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel
untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).
b.
Kontrasepsi
Implan
Sistem norplant dari implan subdermal levonorgestrel yang terdiri dari enam
skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic, masing-masing
kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal dengan masa kerja lima
tahun (Varney, 1997).
2.
Keuntungan
Kontrasepsi Implan, meliputi :
a. Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan
metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman dan sangat efektif. Efektivitas
penggunaan implant sangat mendekati efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1
kehamilan per 100 perempuan.
b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan
perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun pada
jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling panjang pada
jenis norplant.
c. Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang
bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian
besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama
setelah pengangkatan. Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan
sama dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan metode
kontrasepsi dan berusaha untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang
kesuburan di masa depan.Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan
terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan
memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi
setelah pengangkatan implan demikian cepat.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian
subdermal di bagian dalam lengan atas.
e. Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung
hormon progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen,
sangat tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.
f. Tidak mengganggu kegiatan sanggama
Kontrasepsi implan tidak
mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan pada bagian subdermal di
bagian dalam lengan atas.
g. Tidak mengganggu ASI
Implan merupakan metode yang
paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada efek terhadap kualitas dan
kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru
menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan
segera Postpartum.
h. Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
i. Dapat dicabut setiap saat
j. Mengurangi jumlah darah haid
Terjadi penurunan dalam jumlah
rata-rata darah haid yang hilang.
k. Mengurangi / memperbaiki anemia
Meskipun terjadi peningkatan
dalam jumlah spotting dan hari perdarahan di atas pola haid pra-pemasangan,
konsentrasi hemoglobin para pengguna implan meningkat karena terjadi penurunan
dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
3.
Kerugian
Kontrasepsi Implan, meliputi :
Pada
kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan
pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau
meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea. Sejumlah perubahan pola
haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna.
Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar perdarahan, durasi
dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore
dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun
pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya terjadi pada
tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah
perdarahan dapat terjadi pada waktu kapanpun.
Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :
a.
Nyeri kepala
Sebagian
besar efek samping yang dialami oleh pengguna adalah nyeri kepala; kira-kira
20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.
b.
Peningkatan berat badan
Wanita
yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan
dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan pada
pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun
peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik
levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis
apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima
tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak
adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara
perdarahan yang tidak teratur dengan berat badan).
c.
Jerawat
Jerawat,
dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit yang
paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas
androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga
menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex
hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik
levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral
kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar
SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang
tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan,
praktik higiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit,
dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%,
atau reitromisin topikal). Penggunaan antibiotik lokal membantu sebagian besar
pengguna untuk terus menggunakan implan.
d.
Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
Pemasangan
dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi sebagian besar wanita.
Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun, wanita akan menghadapinya dengan
berbagai derajat keprihatinan serta kecemasan. Walaupun ketakutan akan rasa
nyeri saat pemasangan implan merupakan sumber kecemasan utama banyak wanita,
nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah yang dibayangkan. Pada
kenyataannya, sebagian besar pasien mampu menyaksikan dengan santai proses
pemasangan atau pengangkatan implannya. Wanita harus diberitahu bahwa insisi
yang dibuat untuk prosedur tersebut kecil dan mudah sembuh, meninggalkan
jaringan parut kecil yang biasanya sukar dilihat karena lokasi dan ukurannya
e.
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
Implan
harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan yang
dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan
metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang mengalami
komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik
dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta
pencabutan implan.
f.
Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS.
Implan
tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna
yang berisiko menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk
menambahkan metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
g.
Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi
Dibutuhkan
klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan..
h.
Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis
(rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
Obat-obat
ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini, penggunaan implan
tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan risiko kehamilan akibat kadar
levonorgestrel yang rendah di dalam darah.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Program Keluarga Berencana (KB) menurut
UU No. 52 tahun 2009, tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera, Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
Untuk mengatur
kelahiran anak di dalam program keluarga berencana terdapat alat yang disebut
alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk mencegah
pertemuan sel telur matang dan sperma untuk mencegah kehamilan.
Di dalam
kontrasepsi terdapat suatu metode kontrasepsi seperti metode sederhana dan
modern. Dalam metode sederhana terbagi menjadi dua bagian yaitu dengan alat dan
tanpa alat, sedangkan pada metode modern terbagi menjadi dua bagian yaitu
kontrasepsi hormonal dan mantap.
- Saran
Bagi tenaga medis, ditingkatkannya kuantitas dan
kualitas pelatihan Petugas Kesehatan, sehingga diharapkan agar nantinya dapat
memberikan pelayanan kontrasepsi yang lebih kompeten agar tidak terjadi
komplikasi-komplikasi yang merugikan bagi pasien.
Sedangkan bagi pasien, bijaklah dalam memilih jenis
KB yang diinginkan, oka jika perlu, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
sebelum melakukan KB.
DAFTAR PUSTAKA
Anna,
Dkk. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
Buku Kedokteran, EGC.
Everett,
Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi
& Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : EGC.
Grimes DA. 2007. Intrauterine devices (IUDs). In RA
Hatcher et al., eds., Contraceptive Technology, 19th ed., pp. 117–143. New
York: Ardent Media.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga
Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihanna.
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan
Alat Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika.
ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana (KB).
http://www.klikdokter.com/medisaz/read/ 2010/07/05/120/keluarga-berencana--kb (
Diakses hari Rabu, tanggal 17 November 2015).
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan
dengan Penggunaan KB IUD pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang. Semarang: UNDIP
Indira,
L., 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang
Digunakan Pada Keluarga Miskin [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Mardiya.
2010. Capaian IUD Dipastikan Meningkat.
http://www.kulonprogokab.go.id/ (02 Desember 2015).
Retno. 2015. Delapan Efek Samping KB Spiral.
http://www.ibu-hamil.web.id/2015/09/8-efek-samping-kb-spiral-iud-Mirena-Nova-T.htm
(diakses hari Rabu, tanggal 17 November 2015).
Speroff
L., Darney P. 2005. Pedomen Klinis Kontrasepsi. Jakarta: EGC. Hal 24
–274, 285 – 307, 339 – 368.
Varney,
1997, Varney’s Midwifery, 3rd Edition, Jones and Barlet Publishers, Sudbury:
England
Vilallonga, R, etc. 2010. Translocation of an
Intrauterine Contraceptive Device: Incidental Finding in the Rectosigmoid
Colon. Obstetrics and Gynecology International. Volume 2010: 2.
Wulansari,
P dan Hartanto, H. 2006. Ragam Metode
Kontrasepsi. Jakarta: EGC.
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Post a Comment