Analisis Jurnal K3: Transformasi Tenaga Kerja Wanita Di Sektor Agroindustri Tembakau
TUGAS
TERSTRUKTUR
MATA
KULIAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Analisis
Jurnal
Transformasi Tenaga Kerja Wanita Di Sektor
Agroindustri Tembakau
Disusun Oleh:
Syifa
Waras Utami
G1B014068
Kelas
A
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU
KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN
MASYARAKAT
PURWOKERTO
A. Identitas Jurnal
1.
Judul
Transformasi
Tenaga Kerja Wanita Di Sektor Agroindustri Tembakau
2.
Pengarang
Julian Adam Ridjal
3.
Nama Jurnal
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis (J-Sep)
4.
Edisi
Vol 5. No. 3 November 2011
B. Latar Belakang
Jenis
perekonomian yang tepat bagi indonesia adalah industrialisasi dengan
berlandaskan sector pertanian dengan adanya keterkaitan ke belakang (backward
linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage). Keterkaitan ke belakang
yaitu adanya hubungan dengan sektor pertanian misalnya penanaman padi,
perkebunan buah-buahan dan sayur-sayuran, perikanan, dan lainnya. Sedangkan
keterkaitan ke depan yaitu adanya hubungan dengan industrialisasi atau niaga
misalnya penjualan buah-buahan, pemasaran hasil tani, dan lainnya. Hal ini akan
memacu pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan meningkatkan penghasilan para
pekerja di sektor pertanian.
Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan.
Terdapat lima peranan penting dari sektor pertanian dalam kontribusinya untuk membangunan
ekonomi nasional antara lain meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi
domestik, penyedia tenaga kerja terbesar, memperbesar pasar untuk industri,
meningkatkan supply uang tabungan dan meningkatkan devisa. Hingga saat ini, peranan
sektor pertanian di Indonesia begitu besar dalam
mendukung
pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga petani.
(Widyantoro, 2010)
Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal di
kalangan masyarakat Indonesia. Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong
dalam tanaman perkebunan. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan
mempunyai kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan
rokok. Selain itu tembakau juga dimanfaatkan orang sebagai kunyahan (Jawa:
susur), terutama di kalangan ibu–ibu di pedesaan (Susilowati, 2005).
Tembakau
memiliki peran yang besar terhadap masyarakat karena masyarakat dilibatkan
dalam produksi dan pemasaran tembakau sehingga mereka mendapat keuntungan
berupa mata pencaharian dan penghasilan. Pemanfaatan tembakau ini didasarkan
atas kegunaan tembakau sebagai bahan baku rokok hisap maupun tembakau yang
dikunyah langsung.
Agroindustri
tembakau adalah usaha dalam hal perkebunan yang mengaitkan pertanian tembakau
dengan industri dan perdagangan sehingga sesuai dengan kebutuhan negara.
Perkembangan agroindustri tembakau dalam perekonomian cukup penting karena
dapat menghasilkan devisa bagi negara ataupun sebagai sumber bagi pendapatan
petani tembakau. Oleh karena itu agroindustri tembakau ini semakin banyak
menyerap tenaga kerja, baik tenaga kerja pria maupun tenaga kerja wanita.
Kabupaten Jember
termasuk sentra produksi tembakau di Jawa Timur. Salah satu daerah di Kabupaten
Jember yaitu Desa Candijati, Kecamatan Arjasa terdapat agroindustri tembakau
yang banyak menyerap tenaga kerja wanita. Para tenaga kerja wanita yang
terlibat di dalamnya dapat juga berasal dari pertanian. Sehingga terjadilah
proses transformasi tenaga kerja wanita dalam agroindustri tembakau di Kawasan
Berikat PTPN X tersebut.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa
pertanyaan berikut :
1.
Faktor-faktor sosial apakah yang mendorong
transformasi tenaga kerja wanita dari sektor pertanian ke agroindustri tembakau
?
2.
Apakah faktor-faktor sosial tersebut berpengaruh
nyata terhadap proses transformasi tenaga kerja wanita dari sektor pertanian ke
agroindustri tembakau ?
C. Metode Penelitian
1. Kerangka Pemikiran
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya transformasi
tenaga kerja wanita untuk bekerja di agroindustri tembakau adalah kepuasan
kerja yang munculdari dalam diri tenaga kerja wanita, dalam hal ini apakah
dengan pekerjaan yang ditekuni saat ini membuat mereka sudah merasa puas dan
adakah keinginan untuk bekerja di bidang lain. Kepuasan kerja dapat dilihat
apakah mereka merasa bosan dan lelah dengan pekerjaan yang ditekuninya.
Kepuasan
kerja didefinisikan sebagai keadaan yang menyenangkan atau emosi positif yang
dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan
kerjadihasilkan dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka
menyediakan hal yang dipandang penting. Lima aspek kepuasan kerja diukur dengan
Job Descriptive Index (JDI) yaitu pekerjaan itu sendiri (berhubungan dengan
tanggung jawab, minat dan pertumbuhan); kualitas supervise (terkait dengan bantuan
teknis dan dukungan sosial); hubungan dengan rekan kerja (berkaitan dengan
harmoni sosial dan respek); kesempatan promosi (terkait dengan kesempatan untuk
pengembangan lebih jauh); dan pembayaran (yang terkait dengan pembayaran yang
memadai dan persepsi keadilan). (Luthans, 2006).
Lingkungan kerja dengan kepuasan kerja
terdapat hubungan yang positif dan lingkungan kerja mempengaruhi prestasi kerja
suatu organisasi. Pembentukan lingkungan kerja yang terkait dengan kemampuan
manusia dan prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia, biologis,
fisiologis, mental, dan sosial ekonomi. Secara genetis, setiap individu
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan pola prilaku
tertentu untuk menanggulangi masalah lingkungan. Namun demikian, pembentukan
lingkungan kerja yang mendukung pretasi kerja akan menimbulakan kepuasan kerja
bagi
(Sofyan, 2013). Pekerjaan tertentu akan dipilih apabila didukung oleh adanya
sarana dan prasarana yang memadai seperti cukup air, ruangan yang sejuk, serta
hubungan yang baik antar para pekerja, serta alat-alat yang mendukung kegiatan
bekerja.
Menurut Gibson, dkk, (1997: 103) pengambilan
keputusan diartikan sebagai proses pemikiran dan pertimbangan yang mendalam
yang dihasilkan dalam sebuah keputusan. Pengambilan keputusan merupakan sebuah
proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi
dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi.
Hipotesa:
1. Faktor-faktor
yang mendorong transformasi tenaga kerja wanita dari sektor pertanian ke
agroindustri tembakau adalah umur, tingkat pendidikan, lingkungan kerja, jumlah
anggota keluarga.
2. Umur,
tingkat pendidikan, lingkungan kerja, jumlah anggota keluarga adalah
berpengaruh nyata terhadap terjadinya transformasi tenaga kerja wanita dari
sektor pertanian ke agroindustri tembakau.
2.
Metode
Hipotesis pertama sampai terakhir diuji dengan analisis jalur
(Path Analysis) dengan formulasi sebagai berikut:
Z1
= P1 Z2 + P2 Z3+ … + PnZn + ei
Z1
= variabel terpengaruh
Z2,3,4…
= variabel berpengaruh
P1,2,3…
= koefisien path pengaruh langsung
eI
= error
Koefisien
tersebut diambil dari standardize coeficient beta dan dalam hal ini
berlaku sebagai berikut:
Keterangan:
Zyi
= Koefisien beta
Yi
= Data pengamatan ke-i
ỹ
= Rata-rata data pengamatan
Sy
= Standart deviasi
Dimana
standart deviasi dirumuskan sebagai:
Untuk menguji validitas model menggunakan teori Triming yaitu
uji validasi koefisien path pada setiap jalur untuk pengaruh langsung adalah
sama dengan pada regresi, menggunakan nilai p dari uji t, yaitu pengujian
koefisien regresi variabel dibakukan secara partial.
Untuk
menguji pengaruh langsung tiap – tiap variabel dapat dibuat model sebagai
berikut:
1.
Ztransformasi = P1 Z1 + P2 Z2 + … + P5Z5 + eI
Keterangan:
Z1
= umur
Z2
= pendidikan
Z3
= interaksi lingkungan (kerja)
Z4
= jumlah anggota keluarga
2.
Zpendapatan = P1 Z1 + e2
Keterangan:
P1
= pengaruh langsung transformasi terhadap pendapatan
Z1
= transformasi
e2
= error
Pengaruh
eror dari model-model lintasan pengaruh tersebut ditentukan sebagai berikut:
Untuk mengetahui peran masing-masing variabel secara partial
terhadap keputusan transformasi, dengan formulasi uji T sebagai berikut:
Keterangan:
pi
= Koefisien path ke-i
Sy
= Standart Deviasi ke-i
Kriteria
Pengambilan Keputusan:
thitung
> ttabel (5%) maka h0 ditolak, berarti koefisien path pada variabel-variabel
bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
thitung
ttabel (5%) maka h0 diterima, berarti koefisien path pada variabel-variabel
bebas berpengaruh tidak nyata terhadap variabel terikat.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Pengaruh Faktor Sosial
Terhadap Keputusan Transformasi Tenaga Kerja Wanita
Faktor
sosial yang berpengaruh terhadap keputusan transformasi yaitu: umur, tingkat
pendidikan, interaksi lingkungan (kerja) dan jumlah anggota keluarga.
Tabel
1 Perhitungan Nilai Standardized Koefisien Beta Faktor Sosial
Terhadap
keputusan Transformasi.
Terhadap keputusan Transformasi Faktor Sosial
|
Standardized Koefisien Beta
|
t-hitung
|
t-tabel
|
Umur
|
- 0,098
|
-0,668
|
2,06
|
Tingkat Pendidikan
|
0,161
|
1,131
|
Interaksi Lingkungan Kerja
|
0,648
|
4,661
|
*
|
Jumlah Anggota Keluarga
|
0,152
|
-1,079
|
a. Pengaruh Umur Terhadap Keputusan Transformasi TKW
Tabel menunjukkan
nilai standardized koefisien beta –0,098, berarti semakin tua umur tenaga kerja
wanita maka keputusan transformasi tenaga kerja wanita akan semakin rendah. Biasanya,
tenaga kerja wanita yang lebih tua umurnya akan memiliki pengalaman hidup yang
lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja wanita yang lebih muda. Pengambilan
keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuaan praktis.
Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
memperhitungkan untung ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.
Karena pengalaman, seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan
melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara penyelesaiannya.
Sedangkan nilai t-hitung dan t-tabel menunjukkan bahwa antara umur dengan
keputusan transformasi tenaga kerja wanita dari sektor pertanian ke sektor
agroindustri tembakau mempunyai pengaruh yang tidak nyata. Hipotesis tentang
terdapat pengaruh nyata antara umur tenaga kerja wanita dengan tingkat
keputusan transformasi ditolak.
b. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Keputusan
Transformasi TKW
Tabel menunjukkan
nilai standardized koefisien beta 0,161, berarti semakin tinggi tingkat
pendidikan tenaga kerja wanita maka keputusan transformasi tenaga kerja wanita
akan semakin tinggi. Menurut Muhibbin (2002), pendidikan adalah tahapan
kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang
dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebaginya. Tingkat pendidikan individu
merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan.
Sedangkan nilai t-hitung dan t-tabel menunjukkan
bahwa antara tingkat pendidikan dengan keputusan transformasi tenaga kerja
wanita dari sektor pertanian ke sektor agroindustri tembakau mempunyai pengaruh
yang tidak nyata.
c. Pengaruh Interaksi Lingkungan Terhadap Keputusan
Transformasi TKW
Tabel menunjukkan nilai standardized
koefisien beta 0,648, berarti semakin sering tenaga kerja wanita berinteraksi
dengan lingkungan (kerja) yang berasal dari agroindustri tembakau maka
keputusan transformasi tenaga kerja wanita akan semakin tinggi. Hal ini
disebabkan oleh pengetahuan tenaga kerja wanita yang berinteraksi dengan
lingkungan yang berasal dari agroindustri baik karena sudah mengenal lingkungan
agroindustri sehingga mereka dapat memutuskan bertransformasi.
Sedangkan nilai t-hitung dan t-tabel menunjukkan
bahwa antara interaksi lingkungan (kerja) dengan keputusan transformasi tenaga
kerja wanita dari sektor pertanian ke sektor agroindustri tembakau mempunyai
pengaruh yang nyata.
d. Pengaruh Jumlah Keluarga Terhadap Keputusan
Transformasi TKW
Tabel menunjukkan
nilai standardized koefisien beta -0,152, berarti semakin banyak jumlah anggota
keluarga tenaga kerja wanita maka keputusan transformasi tenaga kerja wanita
akan semakin rendah. Tanggungan
keluarga merupakan salah satu faktor penyebab wanita secara sukarela mengambil
keputusan untuk keluar rumah bekerja bagi mendapatkan pendapatan lebih bagi
keluarganya agar kebutuhan hidup keluarganya terpenuhi (Shamsiah, 2002).
Sedangkan menurut Purwanti (2014), jumlah tanggungan keluarga, dan pendapatan secara
bersama-sama atau simultan berpengaruh
nyata terhadap partisipasi tenaga kerja wanita. Jumlah anggota
keluarga yang menjadi tanggungan wanita bekerja menggambarkan besarnya tingkat
kebutuhan rumah tangga atau indikasi berat ringannya tekanan ekonomi bagi suatu
rumah tangga. Jika motif perpindahan tenaga kerja wanita adalah untuk mencari
tambahan pendapatan maka tidaklah mustahil besarnya jumlah tanggungan keluarga
akan semakin mendorong perpindahan tenaga kerja tersebut.
Sedangkan nilai t-hitung dan t-tabel 2,06
menunjukkan bahwa antara jumlah anggota keluarga dengan keputusan transformasi
tenaga kerja wanita dari sektor pertanian ke sektor agroindustri tembakau
mempunyai pengaruh yang tidak nyata.
2. Pengaruh Keputusan
Transformasi Terhadap Tingkat Pendapatan Tenaga Kerja Wanita
Tabel
2 . Perhitungan Nilai Standardized Koefisien Beta Keputusan Transformasi
Terhadap Tingkat Pendapatan Tenaga Kerja Wanita
Standardized Koefisien Beta
|
t-hitung
|
t-tabel
|
Keputusan Transformasi
|
0,502
|
3,074
|
2,06
|
Tabel
2 menunjukkan nilai standardized koefisien beta 0,502 berarti pengaruh langsung
keputusan transformasi tenaga kerja wanita dari sektor pertanian ke
agroindustri tembakau terhadap tingkat pendapatan sebesar 3,074 dengan arah
hubungan positif, artinya semakin tinggi keputusan transformasi tenaga kerja
wanita maka tingkat pendapatan tenaga kerja wanita akan semakin tinggi. Hal ini
disebabkan oleh penerimaan upah yang diterima tenaga kerja wanita yang bekerja
di agroindustri tembakau tersebut kontinyu tidak seperti pada sektor pertanian
yang bersifat musiman, sehingga akan menaikkan pendapatan tenaga kerja wanita.
Sedangkan nilai t-hitung dari t-tabel menunjukkan bahwa antara keputusan
transformasi tenaga kerja wanita dengan tingkat pendapatan tenaga kerja wanita
mempunyai pengaruh yang nyata.
E. Kesimpulan dan Saran
a.
Kesimpulan
1. Faktor-faktor
sosial yang mendorong terjadinya transformasi tenaga kerja wanita dari sektor
pertanian ke agroindustri tembakau adalah umur, tingkat pendidikan, lingkungan
kerja dan jumlah anggota keluarga.
2. Faktor
interaksi lingkungan (kerja) dan tingkat pendapatan berpengaruh nyata terhadap
keputusan transformasi tenaga kerja wanita dari sektor pertanian (sebagai buruh
tani) ke agroindustri tembakau (sebagai karyawan pabrik) Sedangkan faktor umur,
tingkat pendidikan dan jumlah anggota keluarga berpengaruh tidak nyata terhadap
keputusan transformasi tenaga kerja wanita.
b.
Saran
1. Perlu
ada pengawasan dari pemerintah terkait transformasi ternaga kerja wanita dari
sector pertanian ke agroindustri tembakau karena hal ini menyangkut kestabilan
di bidang ekonomi Indonesia. Pengawasan tersebut meliputi kegiatan pemantauan
kejadian ini dan pemberlakuan Undang-Undang untuk melindungi tenaga kerja
wanita di sector agroindustri.
2. Perusahaan
agroindustri tembakau wajib menerapkan upaya kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) di lingkungan kerja dan mematuhi undang –undang perlindungan tenaga kerja
wanita.
3. Perusahaan
harus memberikan pelatihan khusus terlebih dahulu kepada tenaga kerja wanita
yang melakukan transformasi dari sector pertanian ke agroindustri tembakau
sehingga jika mereka bekerja, mereka tahu prosedur-prosedur kerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
F. Daftar Pustaka
Susilowati,
E. Y. 2006. Identifikasi Nikotin dari Daun Tembakau Kering (Nicotiana tabacum)
dan Uji Efektivitas Ekstrak Daun Tembakau sebagai Insektisida Penggerek Batang
Padi (Scirpophaga innonata). Skripsi. Kimia FMIPA UNS: Semarang.
Widyantoro, Suhendar. 2010. Peranan Produk Tembakau dalam
Meningkatkan Perekonomian
Indonesia.
Malang: Universitas Brawijaya.
Luthans,
F. 2006. Perilaku Organisasi Edisi 10. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sofyan, D.
K. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Kerja
Pegawai BAPPEDA. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.1: 18-23.
Muhibbin,
Syah. (2002). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya.
Shamsiah. 2002. Dilema Wanita
Berkahwin Yang Berkerjaya: Satu Perbincangan Menurut Syariah.
Http://Ikim.Gov.My/ Diakses Pada Tanggal 16 Desember 2015.
Purwanti, Endang. 2014. Pengaruh
Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendapatan Terhadap Partisipasi Kerja Tenaga Kerja
Wanita Pada Industri Kerupuk Kedelai Di Tuntang, Kab Semarang. Among
Makarti, Vol.7 No.13.
*berikut jurnal yang dianalisis:
ABOUT THE AUTHOR
Hello We are OddThemes, Our name came from the fact that we are UNIQUE. We specialize in designing premium looking fully customizable highly responsive blogger templates. We at OddThemes do carry a philosophy that: Nothing Is Impossible
0 comments:
Post a Comment