TUGAS
TERSTRUKTUR
MATA
KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI
“Kesehatan Ibu dan Anak”
Disusun Oleh:
Syifa
Waras Utami
G1B014068
Kelas
A
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU
KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN
MASYARAKAT
PURWOKERTO
1. Pengertian
Program
kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah program untuk mengurangi AKI dan AKB.
Program tersebut antara lain Safe Motherhood. Program ini di Indonesia
dituangkan dalam bentuk program Keluarga Berencana (KB), pelayanan pemeriksaan
dan perawatan kehamilan, persalinan sehat dan aman, serta pelayanan obstetri
esensial di pusat layanan kesehatan masyarakat. (Zahtamal, 2011)
Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan
pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. (Depkes, 2009)
Fasilitas pelayanan kesehatan KIBBL adalah sarana (alat
dan sumber daya) untuk
menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif
yang dilakukan oleh Pemerintah/masyarakat)
2.
Landasan Hukum
• UU Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
• UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Adiministrasi Kependudukan
• UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
• Kepmenkes Nomor 284/Menkes/SK/III/2004 tentang Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
• SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian
ASI Eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan
• Kepmenkes RI Nomor 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman
penyelenggaraan imunisasi
• Kepmenkes Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan
3. Masalah Pada Ibu
a. Aborsi
Abortus adalah penghentian kehamilan
sebelum janin bisa hidup di luar kandungan. Abortus merupakan gejala yang sejak
zaman dahulu kala dikenal pada seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia.
Bila seorang wanita menjadi hamil tidak diinginkannya maka ia akan melakukan
segala macam usaha untuk menggugurkan kandungannya. Tindakan aborsi dapat
menyebabkan seorang wanita merasa bersalah, depresi, rasa kehilangan,
pendarahan, rusaknya rahim, kanker, dan kematian. (Asmarawati, 2010)
b.
Anemia
Ibu
hamil aterm cenderung menderita ADB karena pada masa tersebut janin menimbun cadangan besi untuk dirinya
dalam rangka persediaan segera setelah lahir (Sinsin, 2008). Pada ibu hamil
dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke
plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang
menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu
hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama,
sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2005).
c. Tertular IMS
Infeksi
menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu
orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut The Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) terdapat sekitar 20 juta kasus baru
IMS dilaporkan per-tahun. Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi,
penurunan reaksi imunologis dan perubahan flora serviko-vaginal. Perubahan
fisiologis pada wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan manifestasi
klinis IMS. Beberapa infeksi menular seksual tersering adalah sifilis, gonore,
chlamydia trachomatis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan
kandidiasis. (Agustini, dkk,
2013)
d.
Komplikasi Obstetri
Komplikasi persalinan merupakan
komplikasi yang terjadi pada saat persalinan, dapat berupa perdarahan
postpartum, retensio plasenta, dan ruptura uteri. Setiap ibu hamil menghadapi
risiko beban fisik, mental, dan bahaya komplikasi kehamilan, persalinan, dan
nifas dengan risiko kematian, kecacatan, ketidakpuasan, dan ketidaknyamanan.
Berbagai omplikasi obstetric tersebut terjadi mendadak dan tidak terduga
sebelumnya dan tida dapat dihindari. (Huda, 2007)
4. Masalah Pada Bayi
a. Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL)
menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan nafas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia
adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya O2pada udara respirasi,
yang ditandai dengan:
1. Asidosis (pH <7,0) pada darah
arteri umbilikalis
2. Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep
0-3
3. Menifestasi neurologis (kejang,
hipotoni, koma atau hipoksik iskemia ensefalopati)
4. Gangguan multiorgan sistem. (Prambudi,
2013).
b. Hiperbilirubin
Peningkatan kadar bilirubin
merupakan salah satu temuan tersering pada bayi baru lahir, umumnya merupakan
transisi fisiologis yang lazim pada 60%-70% bayi aterm dan hampir semua bayi
preterm. Pada kadar bilirubin >5 mg/dL, secara klinis tampak pewarnaan
kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus. Pada sebagian besar
kasus, kadar bilirubin yang menyebabkan ikterus tidak berbahaya dan tidak
memerlukan pengobatan. Namun pada beberapa kasus hiperbilirubinemia berhubungan
dengan beberapa penyakit, seperti penyakit hemolitik, kelainan hati, infeksi,
kelainan metabolik, dan endokrin. (Rahardjani, 2008)
c. Infeksi Neonatal
Sepsis
neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang
terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis
neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000 kelahiran
hidup pada bayi dengan berat <1500gram. Angka kematian 13-50%, terutama pada
bayi premature (5-10 kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan neonatus
dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat
rendah, merupakan penyebab utama
tingginya kematian pada umur setelah 5 hari kehidupan. (Pusponegoro, 2000)
d.
Kesulitan Menyusu
Masalah pada bayi umumnya berkaitan
dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi “bingung puting” atau
sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI
tidak tepat untuk bayinya. (Suradi, 2004).
e. Hipotermi
Hipotermia pada bayi baru lahir
disebabkan belum sempurnanya pengaturan suhu tubuh bayi, maupun pengetahuan yang
kurang tentang pengelolaan bayi baru lahir yang benar. Hipotermia pada bayi
baru lahir mempengaruhi metabolisme tubuh dan dapat mengakibatkan komplikasi
hipoglikemia, asidosis metabolik, distres pernapasan, dan infeksi. Hipotermia
terjadi apabila suhu tubuh di bawah36,50C. Hipotermia terjadi akibat
ketidakseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Kesalahan
penanganan sesudah lahir dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas melalui
evaporasi, konduksi, radiasi, dan konveksi. (Puspita, 2007)
f. Hipoglikemi
Hipoglikemi adalah
keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L).
Timbul bila
kadar glukosa serum lebih rendah daripada kisaran bayi normal sesuai usia pasca
lahir. Bayi atterm dengan memiliki BB 2500
gr gula darah <30 mg/dl, 72 jam, selanjutnya 40mg/dl. Sedangkan BBLR
memiliki gula darah <25 mg/dl. Hipoglikemi
adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang
yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
g. Kejang
Kejang adalah manifestasi klinis
khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa gangguan kesadaran,
tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh
lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron otak. Kejang demam yang
berlangsung singkat, kurang dari 1 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak
berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara
seluruh kejang demam. (ILAE, 1983)
h. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada
bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction). (Pudjiadi, dkk., 2010)
5. Program KIA
a. Sebelum Kehamilan
Ada beberapa tahap yang harus
dilakukan sebelum kehamilan, antara lain:
1. Pemeriksaan Penyakit
dan Virus
Pemeriksaan
virus rubella, sitomeglovirus, herpes, varicella zoster, virus hepatitis dan
virus HIV untuk menghindari diturunkan penyakit akibat virus-virus tersebut
kepada janin.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan
golongan darah dan rhesus/Rh darah (unsur yang mempengaruhi antibodi yang
terkandung di dalam sel darah merah) pada pasangan suami isteri dilakukan untuk
mengantisipasi perbedaan golongan darah dan rhesus antara darah ibu dan
bayinya.
3. Pemeriksaan Faktor Genetika
Inti dari
pemeriksaan genetika ini adalah untuk mengetahui penyakit dan cacat bawaan yang
mungkin akan dialami bayi akibat secara genetis dari salah satu atau
kedua orangtuanya.
4. Persiapan Keuangan
Kehamilan
merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini
dapat di diskusikan antara suami dan isteri.
5. Persiapan Mental
Kondisi
kejiwaan bisa sangat mempengaruhi kandungan, oleh karena itu orang tua harus
mempersiapkan diri secara mental untuk menghadapi proses ini. Selama sembilan
bulan masa kehamilan, biasanya terjadi perubahan-perubahan psikologis tidak
hanya pada ibu tetapi juga pada ayah calon bayi. (Depkes, 2009)
b. Perawatan selama
kehamilan
Pelayanan antenatal adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal dalam
penerapannya terdiri atas:
1. Timbang
berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur
tekanan darah.
3. Nilai
Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur
tinggi fundus uteri.
5.
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus
dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
7.
Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test
laboratorium (rutin dan khusus).
9.
Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling),
termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca
persalinan. (Depkes, 2009)
c. Perawatan
selama proses persalinan
Pada prinsipnya, penolong persalinan
harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut :
1.
Pencegahan infeksi
2. Metode
pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk
kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
4.
Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5.
Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
d. Perawatan esensial dan ekstra pada bayi baru lahir
Pelayanan kesehatan neonatus adalah
pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28
hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1)
dilakukan pada kurun waktu 48 Jam setelah lahir.
2.
Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan
hari ke 7 setelah lahir.
3.
Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan
hari ke 28 setelah lahir.
e. Perawatan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
Deteksi
dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau
gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tidak
Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat
Kejang
3.
Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4.
Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu
tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan
dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7.
Merintih
8. Ada
pustul Kulit
9. Nanah
banyak di mata
10. Pusar
kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata
cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul
kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat
badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR :
Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15.
Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
6.
PP No 61 2014
tentang Kesehatan Reproduksi
PP No 61 2014 tentang Kesehatan Reproduksi dalam Bab III pasal 8 menyebutkan:
• Setiap
perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan ibu untuk mencapai hidup sehat
dan mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian ibu
• Pelayanan
kesehatan ibu dilaksanakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif
7.
Kesehatan Ibu
Setiap ibu berhak:
- mendapatkan
pelayanan kesehatan selama kehamilan;
- mendapatkan
persalinan dari tenaga kesehatan yang terlatih dan bersih;
- mendapatkan
pelayanan kesehatan masa nifas;
- penanganan
kesulitan persalinan yang adekuat;
- mendapatkan
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi
ibu;
- menolak pelayanan kesehatan yang
diberikan kepadanya dan anaknya
oleh tenaga dan fasilitas yang tidak memiliki sertifikasi.
Perilaku
buruk ibu hamil yang menyebabkan bayi lahir prematur karena istirahat yang
tidak cukup, bekerja terlalu keras, mengkonsumsi alkohol, jamu-jamu, minum obat
secara sembarangan, merokok dan asupan gizi tidak cukup. Perilaku ibu hamil
yang sehat adalah istirahat cukup, memeriksakan kehamilan secara teratur,
mendapat asupan gizi seimbang yang cukup, minum vitamin secara teratur, kalau
sakit berobat ke petugas kesehatan. (Depkes, 2008)
8. Tanda Bayi Lahir Sehat
Ada beberapa tanda pada bayi yang
mengindikasikan bahwa bayi yang dilahirkan sehat, antara lain:
• Berat badan
bayi 2500-4000 gram;
• Umur kehamilan
37 – 40 mg;
• Bayi segera
menangis ,
• Bergerak aktif,
• kulit
kemerahan,
• Mengisap
• ASI dengan baik
• Tidak ada cacat
bawaan
Ada beberapa tanda bahaya yang sering terjadi pada bayi baru
lahir, antara lain; tidak mau menyusu atau memuntahkan semuanya, kejang,
bergerak hanya jika dirangsang, sesak napas, merintih, demam (suhu ≥37,5°C) teraba
dingin (<36°C), mata bernanah, diare, badan kuning dan buang air besar berwarna
pucat. Pengertian dan kesadaran dari orangtua bayi sangat dibutuhkan untuk
segera merujuk bayi ke petugas kesehatan, poskesdes, puskesmas atau fasilitas
kesehatan yang lain. Usahakan bayi tetap hangat selama perjalanan ke fasilitas
kesehatan dengan cara menyelimuti bayi atau metode kanguru, jangan meletakkan
bayi dekat jendela atau pintu kendaraan, bayi terus disusui selama dalam
perjalanan. (Depkes, 2008)
9. Asuhan bayi baru lahir meliputi:
• Pencegahan
infeksi (PI)
• Penilaian awal
untuk memutuskan resusitasi pada bayi
• Pemotongan dan
perawatan tali pusat
• Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
• Pencegahan
kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu
serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
• Pencegahan
perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri
• Pemberian
imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
• Pencegahan
infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika dosis tunggal
• Pemeriksaan
bayi baru lahir
• Pemberian ASI
eksklusif (Depkes,
2010)
10.
Kesehatan Ibu
Bayi Baru Lahir
Tujuan penyelenggaraan pelayanan KIBBL yaitu :
a.
terwujudnya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi, dan anak balita;
b. tercapainya
peningkatan akses pelayanan KIBBL sehingga tercapainya percepatan penurunan angka kesakitan dan
kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita
c. terjadinya
perubahan perilaku masyarakat, pemerintah, dan pemberi pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang kurang
menguntungkan KIBBL.
11.
Bayi Baru Lahir
Bayi
baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia 4 minggu, biasanya lahir
pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (Wong, 2003). Setiap bayi dan
anak berhak mendapatkan:
- imunisasi
dasar yang lengkap dan berkualitas;
- lingkungan
yang bersih dari bahan-bahan yang merugikan kesehatan dan keselamatan bayi dan anak balita;
- pelayanan kesehatan yang berkualitas
untuk memulihkan gangguan
kesehatannya.
- air susu
ibu yang eksklusif selama enam bulan; dan
- makanan
dan minuman yang bergizi serta bersih dari pencemaran biologis dan kimia.
Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6
jam:
• Asuhan bayi baru lahir normal,
dilaksanakan segera setelah lahir, dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan
yang sama.
• Asuhan bayi baru lahir dengan
komplikasi dilaksanakan satu ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus.
• Pada proses persalinan, ibu dapat
didampingi suami.
2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam
sampai 28 hari:
• Pemeriksaan neonatus pada periode
ini dapat dilaksanakan di puskesmas/
pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui kunjungan rumah oleh tenaga
kesehatan.
• Pemeriksaan neonatus dilaksanakan
di dekat ibu, bayi didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan kesehatan. (Depkes, 2010)
12. Pencegahan AKB dan AKI
a. Kebijakan dan
Strategi
·
Kebijakan
KIA
1. Setiap ibu
menjalani kehamilan dan persalinan dengan sehat dan selamat serta bayi lahir
sehat
2. Setiap anak
hidup sehat, tumbuh dan berkembang secara optimal
·
Strategi
KIA
1. Pemberdayaan
perempuan, suami dan keluarga
2. Pemberdayaan
masyarakat
3. Kerjasama
lintas sektor termasuk pemerintah daerah dan lembaga legislatif
4. Peningkatan
cakupan dan kualitas kesehatan ibu dan anak secara terpadu dengan komponen KR
lainnya
5. Pemerintah perlu meningkatkan anggaran program
pembinaan pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi dan program pembinaan
pelayanan kesehatan anak sebesar 6% dari total anggaran sektor kesehatan dalam
APBN 2014.
6. Memperkuat basis pelayanan KIA dalam
skema Jaminan Kesehatan Nasional.
7. Revitalisasi program Kependudukan
dan Keluarga Berencana (KKB) di
Indonesia.
8. Pemerintah pusat perlu mendorong
setiap pemerintah daerah untuk membuat Rencana Aksi Daerah (RAD) Penurunan AKI,
AKB dan AKABA
(Saputra,
2013)
Upaya
terobosan yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan)
yang digulirkan sejak 2011. Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh ibu
hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki jaminan
kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan Jampersal tidak hanya
ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan
masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian pertolongan
kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari lintas sektor dalam hal
kemudahan transportasi serta pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting.
(Depkes, 2012)
b. Pemantauan Kesehatan Ibu dan Bayi
• Penurunan AKI
dan AKB
• Cakupan
kunjungan ibu hamil, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, penanganan
komplikasi obstetrik, pelayanan neonatal
• Penurunan BBLR
dan gizi buruk/kurang, cakupan imunisasi wajib
• Deteksi Dini
Stimulasi Tumbuh Kembang Anak
• Cakupan
pemberian vit A, ASI eksklusif
Daftar Pustaka
Agustini, Dkk. 2013. Infeksi Menular Seksual Dan Kehamilan. Seminar
Nasional Fmipa Undiksha III Tahun 2013
Asmarawati,
Tina. 2010. “Abortus Dan Permasalahannya Di Indonesia”. Jurnal Pelita Edisi Vii
Volume 2 Juli -Desember 2010
Cunningham,
F G,dkk., 2005. Obstetri Williams Volume
I. Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan RI. 2008. Informasi Seputar Kesehatan Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Departemen
Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan
Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (Pws-Kia). Jakarta.
Departemen
Kesehatan RI. 2010. Panduan Pelayanan
Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta
Departemen
Kesehatan RI. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan
Bayi Baru Lahir di Indonesia.
http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya-percepatan-penurunan-angka-kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/
(Diakses pada 14 Desember 2015)
Huda, L. N. 2007. “Hubungan Status
Reprodusi, Status Kesehatan, Akses Pelayanan Kesehatan dengan Komplikasi
Obstetri di Banda Sakti, Lhokseumawe Tahun 2005”. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. Vol. 1, No.6.
ILAE.
1983. “Epilepsia”. Commission on Epidemiology and Prognosis. 34:592-8.
Prambudi,
R. 2013. Penyakit pada Neonatus. Dalam; Neonatologi
Praktis. Anugrah Utama Raharja. Cetakan Pertama. Bandar Lampung, hal. 57 -
62
Pudjiadi,
Antonius, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: IDAI.
Puspita,
I. R., dkk. 2007. “Insidens dan Faktor Risiko Hipotermia Akibat Memandikan pada
Bayi Baru Lahir Cukup Bulan”. Sari Pediatri, Vol. 8, No. 4: 258 -
264
Pusponegoro,
T. S. 2000. “Sepsis pada Neonatus (Sepsis Neonatal)”. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2.
Rahardjani,
K. B. 2008. “Kadar Bilirubin Neonatus dengan dan Tanpa Defisiensi Glucose 6
Phosphate Dehydrogenase yang Mengalami atau Tidak Mengalami Infeksi”. Sari
Pediatri, Vol. 10, No. 2
Saputra, Wiko. 2013. Arah dan Strategi Kebijakan Penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia. Jakarta: Prakarsa Welfare
Initiatives for Better Societies.
Sinsin,
I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak,
Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT.Gramedia.
Suradi
& Kristina (Ed). 2004. Manajemen
Laktasi Cetakan ke 2. Jakarta: Program Manajemen Laktasi Perkumpulan
Perinatologi Indonesia
Wong,
Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik. Jakarta: EGC
Zahtamal, dkk.
2011. “Determinant Factor Analysis on Mother and Child Health Service Problem”.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1.